Sabtu, 11 Februari 2012

Mencium Kebangkitan Komunis

Sejarah pengkhianatan terhadap NKRI sebagai sebuah kesepakatan rakyat bukan hanya dilakukan negara islam tapi juga komunis. Walaupun dalam sejarahnya semua komponen warga negara ikut mendirikan negara kesatuan dalam perjuangan bangsa. Sejarah pengkhianatan itu melukai bangsa yang sedang belajar tertatih-tatih berdiri.

Yang hendak diingatkan dalam tulisan ini adalah komunis sebagai ideologi khususnya keruntuhan Uni Soviet tahun 1991 dan dibubarkanya Partai Komunis di Indonesia ternyata tidak serta merta bahwa komunis mati, bahkan saat ini tata dunia baru melihat komunis sedang bangkit dengan bergeraknya Cina sebagai kekuatan dunia penyeimbang AS. Kekuatan ekonomi, militer, teknologi Cina menjadi inspirasi berbagai negara di dunia yang merasa jadi korban kekuatan kapitaliisme modern seperti negara-negara Afrika, Timur Tengah, Amerika Latin, Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, Korea Utara, dll.


Fenomena internasional tersebut tentu saja menjadi gejala umum yang perlu didiagnosa dalam tubuh NKRI. Diagnosa berdasarkan catatan sejarah dan watak ideologinya. Para pelaku sejarah memberikan warna dasar watak tersebut, watak yang didasarkan pada tanah yang subur untuk bangkitnya komunis.


Mengutip Taufik Ismail bahwa Bangkitnya bangkit komunisme di Indonesia karena memanfaatkan situasi. Ada empat situasi yang bisa membuat ideologi komunisme bisa tumbuh subur di dunia. Pertama, tidak adanya supremasi hukum, sehingga menimbulkan ketidakadilan berkepanjangan di seluruh sektor, saat ini supremasi hukum sangat lemah, hukum sebagai panglima tersungkur.


Kedua, korupsi merajalela, bahkan banyak pengamat yang menghubungkan korupsi dengan sub-culture bangsa kita, tentu saja ini perlu dibantah walaupun kenyataannya bahwa korupsi di negara kita sangat menggurita, tetapi usaha penegakan terus dilakukan. Ketiga, adalah situasi mudah sekali kacau (chaos). Keempat, jarak kesenjangan antara orang kaya dan miskin semakin melebar. ‘Keempat hal ini sekarang terjadi di Indonesia. Para kader komunisme tertawa terbahak-bahak melihat hal ini.


Jika kita membaca sejarah, masa senja Orde Lama dan hari-hari menjelang G.30-S/PKI, kehidupan rakyat dalam keadaan sulit. Kemiskinan terjadi di mana-mana. Laju inflasi tidak terkendali. Fitnah dan politik adu-domba merebak di berbagai penjuru. Sementara, di kalangan elite merajalela penyalahgunaan kekuasaan dan menghambur-hamburkan uang negara. Di mana pun, rakyat yang miskin secara ekonomi dan miskin rohani mudah dihasut dan diadu-domba hingga melakukan tindakan anarkis. Di situlah lahan subur tumbuh berkembangnya pengaruh ideologi komunisme.


Sejarah tidak berulang, tetapi sifat dan perilaku manusia dalam sejarah selalu berulang. Sejak 1966 ajaran Marxisme-Leninisme-Komunisme dilarang di negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, berdasarkan Tap No XXV/MPRS/1966. Namun perilaku mirip komunis atau mirip PKI bisa berulang kembali, baik disadari atau tidak. Bahaya laten komunisme bisa merasuki pola pikir seseorang atau sekelompok orang. Menjelma dalam bentuk aksi kekerasan, pertentangan kelas, menebar ketakutan dan teror serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.


Semua situasi tersebut, papar Taufik, akan dieksploitasi oleh kader komunis untuk merebut kekuasaan. Halangan utama yang membuat mereka tak bisa tampil adalah Tap MPR No XXV/1966. Saat ini mereka dengan segala cara, menginginkan itu dicabut. Taufik sangat yakin, KGB selalu terlibat dan menyusup di setiap gerakan anarkis yang akhir-akhir ini terjadi yang tak jauh beda dengan jayanya gerakan PKI sekitar pertengahan 1965. ‘Sulit memang untuk membuktikan, tapi berdasarkan pengalaman, KGB pasti terlibat.


Yang mungkin jangan dilupakan adalah kemampuan intelejen Cina, di mana Cina saat ini menjadi sebuah negara yang luar biasa, penyusupan dilakukan Cina ke berbagai sendi kehidupan termasuk ke elite kekuasaan melalui jalur-jalur cukong yang membiayai elite politik, atau jalur-jalur bisnis lainnya.


Kembali ke tulisan awal bahwa kemampuan untuk membenturkan antar berbagai elemen bangsa, antara rakyat dengan rakyat, antara tokoh agama dengan tokoh agama atau dengan umat, antara rakyat dengan aparatur negara, meruntuhkan lembaga-lembaga negara, membangun pesimisme dan putus asa, sampai memberangus peran dan fungsi negara hanya bisa dilakukan oleh ideologi komunis.


Saat ini kita sebagai bangsa dicekoki oleh media massa baik cetak maupun elektronik tentang berbagai persoalan dan kegaduhan yang sangat luar biasa. Kita menyaksikan dan mendengarkan bagaimana korupsi sangat merajalela. Ada mafia pajak, ada mafia anggaran, ada mafia hukum, ada jual beli UU, ada jual beli fatwa, ada benturan antar umat agama, ada tawuran antar warga, dll. Sungguh sutau pemadangan yang memilukan.


Gambaran dari kondisi di atas tidak terjadi secara kebetulan atau alamiah dan tidak mungkin tanpa penggeraknya atau minimal kompornya. Bahaya laten selalu mengintai, seperti halnya terorisme, jadi waspadalah tetap menjaga diri untuk tidak mudah diprovokasi, dihasut, diadu domba, dibenturkan, tetaplah berkarya untuk mensejahterakan rakyat,membangun kemandirian, mewujudkan cita-cita NKRI yang berdasarkan pada ideologi negara pancasila. Sedangkan berbagai kegaduhan politik adalah dinamika yang sehat di alam demokrasi, demikian pula berbagai persoalan hukum tetap dalam koridor penegakan hukum di mana hukum sebagai panglima.

0 komentar:

Posting Komentar