Sabtu, 11 Februari 2012

Menuju ‘Media Gagal’

Istilah negara gagal digelontorkan para pemikir di negara-negara barat dalam memantau negara lain,para pemikir ini membuat standar ciri2 negara gagal,tentu saja persepsi mereka.contoh kecil sebuah lembaga riset di AS yang mengeluarkan ‘fatwa’ bahwa Somalia adalah negara gagal,tentu saja dengan indikator-indikatornya.indikator tersebut tidak didasarkan pada hati dan roh rakyat negara bersangkutan tapi berdasarkan pada analisa segelintir orang yang bukan warga negara tersebut, tentu saja sarat dengan berbagai kepentinganya.

Lebih jauh tentu saja sekelompok orang tersebut bisa menjadi lembaga yang ‘mahal’ kalau indikator2nya menjadi nilai umum yang disepakati, kalau ini yang terjadi maka dengan mudah sebuah negara memaksakan kepentinganya terhadap negara lain untuk membangun opini sebuah negara gagal dengan skenario menuju indikator2nya, sebuah alat genderang,tinggal bagaimana kita akan ikut berjoged atau tidak.

Di arus lalulintas informasi bangsa ini, Wacana negara gagal sudah sering di santap,khususnya oleh elite politik.ada yang dilupakan dari dinamika tersebut,yaitu media massa,media yang seringkali kita ungkap sebagai perangkat demokrasi ke IV dalam tataran negara modern.Kelahiran pasca reformasi melahirkan media tanpa reserve,selalu positif dan di butuhkan,media pemegang tunggal sebuah opini kebenaran, media selalu benar dan tanpa cela,sebuah gelar yang lama disandang dan tentu saja harus dikritisi,karena strategisnya media dalam membangun bangsa.

Adakah kelompok pemikir di bangsa ini yang membuat indikator kegagalan media seperrti pemikir yang membuat indikator negara gagal, Tentu saja indikator itu bukan hanya didasarkan pada hidup matinya media, seperti media gagal adalah media yang sudah tidak terbit lagi,bangkrut atau mati,tapi indikator media gagal ini berbicara tentang keterpengaruhan dan dampaknya terhadap Masyarakat, dan jangan terjebak pada indikator2 yang didasarkan pada nilai2 universalism,karena nilai2 universal itu adalah nilai2 yang berlaku di negara bersangkutan, yang mungkin seperti indikator negara gagal akan dipaksakan untuk dijadikan acuan.

Kenapa wacana media gagal menarik untuk dikaji,karena kalau indikatornya kegagalan media itu berdasarkan mati hidupnya sebuah media,diera saat ini indikator tersebut ‘gugur’.mengapa karena media saat ini sudah masuk ranah industri yang berhubungan sangat erat dengan pemodal,pasar dan sponsor,apalagi kalau bicara media onlien maka indikator tersebut tidak berhubungan sama sekali.

Disini menarik untuk mendiskusikan indikator media ‘gagal’,bila kita kaji maka untuk melahirkan indikator-indikator tersebut tentu saja harus di lihat dari berbagai sisi,pemodal,pekerja,pembaca,sponsor dsb.misalnya pemodal melihat bahwa indikator kegagalan media adalah bangkrut atau tidak ada sponsor, sedangkan pekerja berhubungan dengan upah,yang jadi pertanyaan adalah indikator menurut pasar didalamnya pembaca/penonton/pendengar, termasuk pemerintah.

Wacana media gagal saat ini baru dari sudut ‘pemilik modal’,seharusnya rakyat dan pemerintah mulai merumuskan indikator media gagal,tentu saja bukan dalam konteks hidup matinya media tapi dampak baik dan buruhnya bagi masyarakat dan negara khususunya, bisakah dirumuskan,tentu saja bisa,bahkan bisa jadi indikator yang di rumuskan ini akan jadi nilai2 rujukan bagi media diseluruh dunia.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini,apakah indikatornya sebuah media di katakan gagal. Bisakah dikatakan keberhasikan media dalam memprovokasi masyarakat, mengalihkan berbagai isu termasuk membangun opini dengan rekayasa, membangun dan menghancurkan citra kekuasaan berdasarkan kepentingan kelompoknya adalah bentuk kegagalan, demikian pula apakah membuat masyarakat putus asa,prustasi,pesimis,adalah juga sebuah bentuk kegagalan.ataukah media gagal adalah media yang bisa melepaskan dari norma-norma kebangsaan dan menjadikan nilai2 universal,sehingga media tersebut menjadi corong kepentingan ‘cuci otak’ asing terhadap bangsa ini.entahlah yang pasti wacana Media gagal adalah kebutuhan yang sangat urgens saat ini karena berhubungan dengan kelangsungan hidup bangsa dan masyarakat negara ini.

0 komentar:

Posting Komentar